-tulisan ini berisi opini dari penulis, yang bisa benar dan bisa juga salah-
jadi seperti yang kita tau kemarin ada satu menteri yang cukup 'gila' untuk merubah sistem SNMPTN menjadi berdasarkan UN. entah darimana dia mendapat wangsit yang kurang masuk akal itu.
sayangnya, aku nggak berminat untuk membahas perubahan sistem itu sekarang. yang ingin aku bahas adalah mengenai sistem SNMPTN yang baru berlaku semenjak tahun kemarin, yaitu SNMPTN jalur undangan dan SNMPTN jalur tertulis.
karena banyak yang belum terlalu paham dengan sistem ini, ada baiknya aku jelasin terlebih dahulu secara singkat kedua jalur SNMPTN ini
1. Jalur Undangan
nilai rapot besar? prestasi banyak? dan yang paling utama, kurang pede untuk tes bersama seluruh siswa se-Indonesia? jalur SNMPTN undangan bisa menjadi solusinya.
untuk tahun ini, siswa yang berhak mengikuti jalur undangan adalah siswa dengan peringkat 50% terbaik (untuk sekolah akreditasi A). artinya, jika di sekolah (dengan akreditasi A) tersebut ada 200 siswa, maka yang berhak mengikuti SNMPTN hanyalah 100 siswa dengan peringkat tertinggi.
setelah terpilih dan direkomendasikan oleh sekolah, siswa diminta mengirim berkas nilainya ke panitia SNMPTN dan membayar uang pendaftaran (ada beberapa sekolah yang berbaik hati untuk mengurus pendaftaran, ada juga yang nggak). selain itu, siswa juga berhak mengirim 3 piagam prestasi yang telah mereka raih, seperti piagam OSN, FLS2N, dsb
nantinya panitia jalur undangan akan memilih berdasarkan berkas-berkas tersebut nama-nama yang mereka anggap pantas untuk masuk ke jurusan yang mereka inginkan.
2. Jalur Tulis
jadi jalur tulis itu..
nggak lulus/daftar jalur undangan -> daftar jalur tulis -> ikut tesnya selama 2 hari -> tunggu 1-2 bulan -> pengumuman hasil
masih belum ngerti?
kira2 begitulah sistem SNMPTN sekarang ini.
sekarang mari kita lihat sisi positif dan negatif kedua jalur ini, dimulai dari jalur undangan
1. Adanya 'sekolah' nakal
Membesarkan nilai siswa sudah jadi rahasia umum bagi siswa2 di SMA. tentu saja, dengan berlakunya jalur undangan ini, praktik ini bisa menjadi lebih gila lagi. ini bisa mengurangi semangat belajar siswa, karena mereka berpikir, 'nilai kita kan sudah pasti bagus, buat apa belajar?'
tidak heran panitia jalur undangan lebih memilih siswa yang berasal dari sekolah dengan reputasi baik. sayangnya, ini menimbulkan masalah kedua.
2. Dominasi sekolah favorit
memang, sekolah favorit itu mayoritas anaknya pinter2, tapi tidak menutup kemungkinan kalau ada anak dari sekolah yang tidak terlalu terkenal yang lebih pintar daripada anak2 di sekolah favorit tersebut. nilainya di rapot pun bagus. tetapi, (ditakutkan) ada kekhawatiran dari para panitia jalur undangan yang menyangka sekolah tersebut hanya membesarkan nilai siswa itu. akhirnya? bisa ditebak, dia tidak lulus jalur undangan.
3. Usaha = Hasil
kerja keras selama 3 tahun di SMA (2 tahun untuk kelas akselerasi), tapi masa depan kuliah cuma ditentukan dari UN dan SNMPTN? apakah itu cukup adil?
sekarang, usaha selama 3 tahun itu bisa terbayar dengan mengikuti jalur undangan ini. karena jalur ini hanya semacam ajang pertandingan nilai rapot. yah, ada gunanya kan belajar giat selama 3 tahun?
sekarang, mari kita lihat positif negatif jalur tulis
1. A Fair Fight
merasa jalur undangan banyak curangnya? jangan khawatir, jalur tulis tingkat kecurangannya jauh lebih minim dibanding jalur undangan, karena tidak seperti UN, nggak ada orang nawarin soal2 SNMPTN ke peserta #lol
kecurangan di jalur tulis biasanya terjadi dengan adanya 'joki SNMPTN'
2. Tingkat Kesulitan Berbeda
-ini khusus untuk yang mengikuti SNMPTN yang mengharuskan adanya tes keterampilan-
denger2 dari anak SR, yang kemarin ada tes keterampilan, tingkat kesulitan di setiap kota itu berbeda. untuk informasi, yang menilai tes keterampilan itu adalah pengawas/juri/panitia yang berada di kota tersebut.
karena standar setiap orang pada hasil tes keterampilan (gambar misalnya) itu berbeda-beda, tentu saja nilai yang diberikan itu berbeda. contoh, seorang anak mendapat nilai 9 saat tes keterampilan di kota kecil. tapi saat dia mencoba di kota besar, dengan jawaban yang sama, ia hanya mendapat nilai 7. tentu saja ini cukup merugikan bagi anak yang berada di kota besar.
mungkin itu saja untuk post kali ini. sekali lagi, ini hanyalah opini dari penulis, maaf kalau ada yang kurang berkenan
*untuk yang belum beruntung pada jalur tulis, jangan khawatir, beberapa universitas negeri mengadakan Ujian Mandiri untuk para calon mahasiswa yang kurang beruntung ini. selain itu masih banyak perguruan tinggi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar